A. Pengertian
Muhammadiyah
Muhammadiyah adalah sebuah
organisasi Islam
yang besar di Indonesia.
Nama organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad
SAW, sehingga Muhammadiyah juga dapat dikenal sebagai orang-orang yang menjadi
pengikut Nabi Muhammad SAW. Bulan Dzulhijjah (8 Dzulhijjah 1330 H) atau
November (18 November 1912 M) merupakan momentum penting lahirnya Muhammadiyah.
Itulah kelahiran sebuah gerakan Islam modernis terbesar di Indonesia, yang
melakukan perintisan atau kepeloporan pemurnian sekaligus pembaruan Islam di
negeri berpenduduk terbesar muslim di dunia. Sebuah gerakan yang didirikan oleh
seorang kyai alim, cerdas, dan berjiwa pembaru, yakni Kyai Haji Ahmad Dahlan
atau Muhammad Darwis dari kota santri Kauman Yogyakarta.
Penggunaan
kata ”Muhammadiyah” dimaksudkan untuk menisbahkan (menghubungkan) dengan ajaran
dan jejak perjuangan Nabi Muhammad. Penisbahan nama tersebut menurut H.
Djarnawi Hadikusuma mengandung pengertian sebagai berikut: ”Dengan nama itu dia
bermaksud untuk menjelaskan bahwa pendukung organisasi itu ialah umat Muhammad,
dan asasnya adalah ajaran Nabi Muhammad saw, yaitu Islam. Dan tujuannya ialah
memahami dan melaksanakan agama Islam sebagai yang memang ajaran yang serta
dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw, agar supaya dapat menjalani kehidupan dunia
sepanjang kemauan agama Islam. Dengan demikian ajaran Islam yang suci dan benar
itu dapat memberi nafas bagi kemajuan umat Islam dan bangsa Indonesia pada
umumnya.”
Tujuan utama Muhammadiyah adalah mengembalikan seluruh penyimpangan yang terjadi dalam proses dakwah.
Penyimpangan ini sering menyebabkan ajaran Islam bercampur-baur dengan
kebiasaan di daerah tertentu dengan alasan adaptasi. Gerakan Muhammadiyah
berciri semangat membangun tata sosial dan pendidikan masyarakat yang lebih
maju dan terdidik. Menampilkan ajaran Islam bukan sekadar agama yang bersifat
pribadi dan statis, tetapi dinamis dan berkedudukan sebagai sistem kehidupan
manusia dalam segala aspeknya. Akan tetapi, ia juga menampilkan kecenderungan
untuk melakukan perbuatan yang ekstrem.
Dalam pembentukannya, Muhammadiyah banyak merefleksikan
kepada perintah-perintah Al Quran, diantaranya surat Ali Imran
ayat 104 yang berbunyi:
`ä3tFø9ur öNä3YÏiB ×p¨Bé& tbqããôt n<Î) Îösø:$# tbrããBù'tur Å$rã÷èpRùQ$$Î/ tböqyg÷Ztur Ç`tã Ìs3YßJø9$# 4 y7Í´¯»s9'ré&ur ã
Nèd cqßsÎ=øÿßJø9$# (QS.Ali Imron; 104)
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar;
merekalah orang-orang yang beruntung”. Ayat tersebut, menurut para tokoh
Muhammadiyah, mengandung isyarat untuk bergeraknya umat dalam menjalankan
dakwah Islam secara teorganisasi, umat yang bergerak, yang juga mengandung
penegasan tentang hidup berorganisasi. Maka dalam butir ke-6 Muqaddimah
Anggaran Dasar Muhammadiyah dinyatakan, melancarkan amal-usaha dan
perjuangan dengan ketertiban organisasi, yang mengandung makna pentingnya
organisasi sebagai alat gerakan yang niscaya.
B. Paham Keagamaan dalam Muhammadiyah
Agama adalah apa yang disyariatkan Allah dengan
perantaraan nabi-nabiNya, berupa perintah-perintah dan larangan-larangan serta
petunjuk-petunjuk untuk kebaikan manusia di dunia dan akhirat.
Dalam rumusan pertama tentang agama menurut
Muhammadiyah dititik beratkan pada sumber al Islam yakni al Qur’an dan al
Sunnah as Shahihah yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Adapun isinya ialah
perintah-perintah dan larangan dan wajib ditaati dan petunjuk-petunuk yang
perlu dipedomani. Sedang tujuan Agama adalah untuk kemaslahatan manusia di
dunia dan akhirat.
Muhammadiyah dalam melakukan kiprahnya di berbagai
bidang kehidupan untuk kemajuan umat, bangsa dan dunia kemanusiaan dilandasi
oleh keyakinan dan pemahaman keagaamaan bahwa Islam sebagai ajaran yang membawa
misi kebenaran Ilahiah harus didakwahkan sehingga menjadi rahmatan lil
alamin dimuka bumi ini.
Islam sebagai wahyu Allah yang dibawa oleh para Rasul
hingga Rasul akhir zaman Muhammad SAW. Adalah ajaran yang mengandung hidayah, penyerahan
diri rahmat, kemasalahatan, keselamatan, dan kebahagiaan hidup umat manusia di
dunia dan akhirat. Keyakinan dan paham Islam yang fundamental itu
diaktualisasikan oleh Muhammadiyah dalam bentuk gerakan Islam yang menjalankan
misi dakwah dan tajdid untuk kemaslahatan hidup seluruh umat manusia.
Misi dakwah Muhammadiyah yang mendasar itu merupakan
perwujudan dari semangat awal dari persyarikatan ini sejak didirikannya yang
dijiwai oleh pesan Allah dalam al Qur’an surat Ali Imran 104, seperti yang disebutkan
dalam bab pengertian di atas yang
artinya : “Dan hendaklah ada di antara
kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf
dan mencegah dari yang mungkar, itulah orang-orang yang beruntung”.
Kewajiban dan panggilan dakwah yang luhur itu
menjadi komitmen utama Muhammadiyah sebagai ikhtiar untuk menjadi kekuatan
khaira ummah sekaligus dalam membangun masyarakat Islam yang ideal, sebagaimana
pesan Allah dalam al Qur’an surat Ali Imran 110:
öNçGZä. uöyz >p¨Bé& ôMy_Ì÷zé& Ĩ$¨Y=Ï9 tbrâßDù's? Å$rã÷èyJø9$$Î/ cöqyg÷Ys?ur Ç`tã Ìx6ZßJø9$# tbqãZÏB÷sè?ur «!$$Î/ 3 öqs9ur ÆtB#uä ã@÷dr& É=»tGÅ6ø9$# tb%s3s9 #Zöyz Nßg©9 4 ãNßg÷ZÏiB cqãYÏB÷sßJø9$# ãNèdçsYò2r&ur tbqà)Å¡»xÿø9$# (QS. Ali Imron; 110)
Artinya:
“Kamu adalah umat yang terbaik yang
dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang
munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu
lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka
adalah orang-orang yang fasik.”
Dengan merujuk pada firman Allah dalam surat Ali Imran
ayat 104 dan 110, Muhammadiyah menyebarluaskan ajaran Islam yang komprehensif
dan muliti aspek melalui dakwah untuk mengajak pada kebaikan (Islam), al amr
bil al makruf wa al nahi al munkar (mengajak kepada yang makruf dan
mencegah dari yang munkar) sehingga umat manusi memperoleh keberuntungan lahir
dan bathin dalam kehidupan ini. Dakwah yang demikian itu mengandung makna bahwa
islam sebagai ajaran selalu bersifat tranformasional, yakni dakwah yang membawa
perubahan yang bersifat kemajuan, kebaikan, kebenaran, keadilan dan nilai-nilai
keutamaan lainnya untuk kemaslahatan serta keselamatan hidup umat manusia tanpa
membeda-bedakan ras, suku, golongan, agama dan lain-lain.
Melalui Muhammadiyah telah diletakkan suatu pandangan
keagamaan yang kokoh dalam bangunan keimanan yang berlandaskan pada al Qur’an
dan as Sunnah sekaligus mengemban tajdid yang mampu membebasakan manusia Dari
keterbelakangan menuju kehidupan yang berkemajuan dan berkeadaban.
Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya yang menjadi
tujuan gerakan merupakan wujud aktualaisasi ajaran Islam dalam struktur
kehidupan kolektif manusia yang memiliki corak masyarakat pertengahan (ummatan
wasaththan) yang berkemajuan baik dalam wujud sistim nilai sosial budaya,
sistim sosial dan lingkungan fisik yang dibangunnya. Masyarakat Islam
adalah masyarakat yang memiliki keseimbangan antara kehidupan lahiriah, dan
batiniah, rasionalitas dan spritualitas, aqidah dan muamalat, individual dan
sosial, duniawi dan ukhrawi, sekaligus menampilkan corak masyarakat yang
mengamalkan nilai-nilai keadilan, kejujuran, kesejahteraan, kerjasama,
kerjakeras, kedisiplinan, dan keunggulan dalam segala lapangan kehidupan.
Masyarakat
Islam yang dicita-citakan Muhammadiyah memiliki kesamaan karakter dengan
masyarakat madani, yaitu masyarakat kewargaan (civil-society) yang
memiliki keyakinan yang dijiwai nilai-nilai Ilahiah, demokratis, berkeadilan,
otonom, berkemajuan, dan berakhlak-mulia (al-akhlaq al-karimah).
C. Ideologi Muhammadiyah
Asas Muhammadiyah adalah Islam, maksudnya adalah
asas idiologi persyarikatan Muhamadiyah adalah Islam, bukan kapitalis dan
bukan pula sosialis. Dewasa ini idiologi yang berkembang di dunia ada
tiga yang dominan, yaitu : kapitalis, sosialis dan Islam. Masyarakat yang
beridiologi kapitalis di motori oleh Amerika dan Eropa, setelah usai perang
dingin menunjukkan eksistensinya yang lebih kuat. Sedangkan yang beridiologi
sosialis di motori oleh Rusia dan Cina. Khusus Rusia mengalami depolitisasi
pasca perang dingin, dan cenderung melemah posisi daya tawarnya bagi
sekutu-sekutunya. Sementara masyarakat yang beridiologi Islam memag ada
kecenderungan menguat namun tidak ada pemimpin yang kuat secara politis.
Namun idiologi dalam perspektif Muhammadiyah adalah idiologi
gerakan. Idiologi gerakan Muhammadiyah merupakan sistematisasi dari
pemikiran-pemikiran mendasar mengenai Islam yang diproyeksikan dan
diaktualisasikan ke dalam sistem gerakan yang memilki ikatan jama’ah, jam’iyah
dan imamah yang solid.
Sejak lahirnya Muhammadiyah memang sudah dapat
diketahui asas gerakannya, namun pada tahun 1938-1942 di bawah kepemimpinan
Kyai Mas Mansur mulai dilembagakan idiologi Muhammadiyah, yaitu dengan lahir
konsep Dua Belas langkah Muhammadiyah. Yaitu memperdalam iman, memperluas faham
keagamaan, memperbuahkan budi pekerti, menuntun amalan intiqad, menguatkan
persatuan, menegakkan keadilan, melakukan kebijaksanaan, menguatkan tanwir,
mengadakan musyawarah, memusyawaratkan putusan, mengawasi gerakan kedalam dan
memperhubungkan gerakan keluar. Dengan lahirnya konsep ini maka
Muhammadiyah tumbuh menjadi paham dan kekuatan sosial-keagamaan dan
sosial politik tertentu di Indonesia.
Pada tahun 1942-1953 dibawah kepemimpinan Ki Bagus
Hadikusumo dirumuskan konsep idiologi Muhammadiyah secara lebih sistematik
yaitu ditandai dengan lahirnya Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah.
Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah berisi pokok-pokok pikiran sebagai
berikut : Hidup manusia harus berdasar Tauhid, hidup manusia bermasyarakat,
hanya ajaran Islam satu-satunya ajaran hidup yang dapat dijadikan sendi
pembentuk pribadi utama dan mengatur ketertiban hidup bersama menuju hidup
bahagia sejahtera yang hakiki di dunia dan akhirat, berjuang menegakkan dan
menjunjung tinggi agama Islam untuk mewujudkan masyarakat utama, adil dan
makmur yang diredhai Allah SWT adalah wajib, sebagai ibadah kepada Allah dan
berbuat ihlah dan ihsan kepada sesama manusia, perjuangan menegakkan dan
menjunjung tinggi agama Islam hanyalah akan berhasil bila dengan mengikuti
jejak perjuangan para nabi terutama perjuangan nabu Muhammamd SAW.
Perjuangan mewujudkan pokok-pokok pikiran seperti diatas hanya dapat
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan akan berhasil bila dengan cara
berorganisasi, dan seluruh perjuangan doarahkan tercapainya tujuan
Muhammadiyah, yaitu terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
D. Identitas Muhammadiyah
Muhammadiyah adalah Gerakan Islam, Dakwah amar ma’ruf
nahi munkar dan Tajdid yang bersumber pada Al-Qur”an dan As Sunnah.
Kelahiran Muhammadiyah tidak lain kerena diilhami, dimotivasi dan disemangati
oleh ajaran-ajaran Al Qur’an. Dan apa yang digerakkan oleh Muhammadiyah tidak
ada motif lain kecuali semata-mata untuk merealisasikan prinsip-prinsip ajaran
Islam dalam kehidupan yang riil dan konkrit. Gerakan Muhammadiyah hendak
berusaha untuk menampilkan wajah Islam dalam wujud yang riil, konkrit dan
nyata, yang dapat dihayati, dirasakan dan dinikmati oleh umat sebagai rahmatan
lil alamin. Oleh Alasan tersebut Muhammadiyah disebut sebagai gerakan Islam.
Di samping itu, Muhammadiyah juga memiliki identitas
sebagai gerakan Dakwah maksudnya adalah Muhammadiyah meletakkan khittah atau
strategi dasar perjuangannya yaitu dakwah Islam, amar makruf nahi munkar dengan
masyarakat sebagai medan atau kancah perjuangannya. Muhamadiyah berkiprah di
tengah-tengah masyarakat bangsa Indonesia dengan membangun berbagai amal usaha
yang benar-benar dapat menyentuh hajat hidup orang banyak seperti berbagai
macam ragam lembaga pendidikan mulai dari tingkat TK sampai Perguruan Tinggi,
membangun Rumah Sakit, Panti Asuhan dan sebagainya. Seluruh amal usaha
Muhammadiyah itu merupakan manifestasi atau perwujudan dakwah islamiyah.
Semua amal usaha diadakan dengan niat dan tujuan yang tunggal, yaitu untuk
dijadikan sarana dan wahana dakwah Islam sebagaimana yang diajarkan al-Quran
dan as-Sunnah Shahihah.
Identitas Muhammadiyah yang ketiga adalah sebagai
gerakan Tajdid, maksudnya adalah Muhammadiyah sebagai gerakan pembaharuan atau
gerakan reformasi. Secara istilah tajdid memiliki pengertian pemurnian
dan peningkatan, pengembangan, modernisasi, dan yang semakna dengannya.
Pemurnian maksudnya adalah pemeliharaan matan ajaran
Islam yang berdasarkan kepada al-Quran dan as-Shahihah. Muhammadiyah
meyakini matan ajaran Islam yang harus dipelihara sebagaimana yang terdapat
dalam al-Quran dan as-Sunnah adalah yang berkaitan dengan Aqidah dan
Ibadah.
Dalam sejarah perkembangan umat Islam ditemukan praktek
percampuran ajaran 7 Islam antara Aqidah dengan yang bukan Aqidah, misalnya
mengkeramatkan kuburan, mengkeramatkan ulama, dan sebagainya. Padahal
dalam ajaran Islam yang harus dikeramatkan itu hanyalah Allah SWT. Hal
inilah yang menjadi tugas Muhammadiyah untuk memurnikan Aqidah Islam kembali.
Dalam masalah aqidah (tauhid), hanya digunakan dalil-dalil yang
mutawatir.
E. Visi dan
Misi Muhammadiyah
Visi dari Muhammadiyah adalah “Muhammadiyah sebagai Gerakan
Islam yang berlandaskan Al-Qur’an dan as-Sunah dengan watak tajdid yang
dimilikinya senantiasa istiqamah dan aktif dalam melaksanakan dakwah islam amar
makruf nahi munkar di segala bidang, sehingga menjadi rahmatan lil ‘alamin bagi
umatnya, bangsa dan dunia kemanusiaan menuju terciptanya masyarakat utama yang
diridhoi Allah SWT dalam kehidupan ini.
Sedangkan Muhamadiyah sebagai Gerakan Islam dan Dakwah Islam amar
Makruf Nahi Munkar memiliki misi yang mulia dalam kehidupan ini, yaitu:
1.
Menegakkan keyakinan tauhid murni
sesuai dengan ajaran Allah SWT yang dibawa oleh Rasulullah.
2.
Memahami agama dengan menggunakan
akal pikiran yang sesuai dengan ajaran Islam untuk menjawab dan menyelesaikan
persoalan – persoalan kehidupan yang bersifat duniawi.
3.
Menyebarluaskan ajaran Islam yang
bersumber pada Al-Quran dan Sunnah Rasul.
4.
Mewujudkan amalan – amalan Islam
dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat.
F. Dasar dan
Amal Usaha Muhammadiyah
Alam perjuangan melaksanakan usahanya menuju tujuan terwujudnya
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, dimana kesejahteraan, kebaikan dan
kebahagiaan luas-merata, Muhammadiyah mendasarkan segala gerak dan amal
usahanya atas prinsip-prinsip yang tersimpul dalam Muqaddimah Anggaran Dasar,
yaitu:
1.
Hidup manusia harus berdasar
tauhid, ibadah, dan taat kepada Allah.
2.
Hidup manusia bermasyarakat.
3.
Mematuhi ajaran-ajaran agama Islam
dengan berkeyakinan bahwa ajaran Islam itu satu-satunya landasan kepribadian
dan ketertiban bersama untuk kebahagiaan dunia akhirat.
4.
Menegakkan dan menjunjung tinggi
agama Islam dalam masyarakat adalah kewajiban sebagai ibadah kepada Allah dan
ikhsan kepada kemanusiaan.
5.
Ittiba' kepada langkah dan
perjuangan Nabi Muhammad SAW.
6.
Melancarkan amal usaha dan
perjuangannya dengan ketertiban organisasi.
G. Pedoman Amal Usaha dan
Perjuangan Muhammadiyah
Apapun yang diusahakan dan bagaimanapun cara perjuangan
Muhammadiyah untuk mencapai tujuan tunggalnya, harus berpedoman:
"Berpegang teguh akan ajaran Allah dan Rasul-Nya, bergerak membangun di
segenap bidang dan lapangan dengan menggunakan cara serta menempuh jalan yang
diridlai Allah".
H. Sifat – Sifat
Muhammadiyah
Memperhatikan uraian tentang pengertian muhammadiyah, dasar dan amal
usaha serta pedoman amal usaha dan perjuangan Muhamadiyah di atas, maka
Muhammadiyah memiliki dan wajib memelihara sifat – sifatnya, terutama yang
terjalin di bawah ini:
1.
"Beramal dan Berjuang Untuk
Perdamaian dan Kesejahteraan".
Dengan sifat ini, Muhammadiyah tidak boleh mencela dan mendengki golongan lain. Sebaliknya, Muhammadiyah harus tabah menghadapi celaan dan kedengkian golongan lain tanpa mengabaikan hak untuk membela diri kalau perlu, dan itu pun harus dilakukan secara baik tanpa dipengaruhi perasaan aneh.
Dengan sifat ini, Muhammadiyah tidak boleh mencela dan mendengki golongan lain. Sebaliknya, Muhammadiyah harus tabah menghadapi celaan dan kedengkian golongan lain tanpa mengabaikan hak untuk membela diri kalau perlu, dan itu pun harus dilakukan secara baik tanpa dipengaruhi perasaan aneh.
2. “Memperbanyak Kawan dari
Mengamalkan Ukhuwah lslamiyah”.
Setiap warga Muhammadiyah, siapa pun orangnya, termasuk para pemimpin
dan da'inya, harus memegang teguh sifat ini. Dalam rangka untuk "Memperbanyak
Kawan dan Mengamalkan Ukhuwah Islamiyah". Inilah, pada umumnya ceramah
atau kegiatan dakwah lainnya yang dilancarkan oleh dai-da'i Muhammadiyah
memakai gaya "sejuk penuh senyum", bukan dakwah yang agitatif menebar
kebencian kesana kemari. Di kalangan Muhammadiyah di Surakarta terkenal
semboyan "Jiniwit Katut". Jiniwit artinya dijiwit (dicubit), tetapi
justru lama-lama orang yang njiwit akan katut atau terpiat oleh Muhammadiyah
yang selalu bertingkah simpatik kepada siapa pun. Dan tampaknya sifat inilah
salah satu rahasia, mengapa Muhammadiyah terus berkembang makin mengakar dalam
masyarakat.
3.
"Lapang Dada, Luas Pandang
dan Dengan Memegang Teguh Ajaran Islam"
Lapang dada atau toleransi adalah satu keharusan bagi siapapun yang
hidup dalam masyarakat, apalagi hidup dalam masyarakat yang majemuk seperti
masyarakat Indonesia. Tanpa adanya lapang dada, kehidupan akan goncang. Dan
prinsip "Memperbanyak Kawan" tentu berubah menjadi "Memperbanyak
Musuh". Namun bagaimana, pun dalam berlapang dada, kita tidak boleh
kehilangan identitas sebagai warga Muhammadiyah yang harus tetap memegang teguh
ajaran Islam. Dengan demikian, bebas tetapi tetap terkendali.
4.
"Bersifat Keagamaan Dan
Kemasyarakatan"
Sifat "Keagamaan dan kemasyarakatan" sudah merupakan sifat
Muhammadiyh sejak lahir. Karena ini sifat yang tidak mungkin terlepas dari jiwa
dan raga Muhammadiyah. Mengapa? Muhammadiyah sejak lahir mengemban misi agama,
sedang agama diturunkan oleh Allah melalui para Nabi-Nya juga untuk masyarakat,
yakni untuk memperbaiki masyarakat. Masyarakat adalah "lahan" bagi
segala aktivitas perjuangan Muhammadiyah.
Dua sifat ini, yakni keagamaan dan kemasyarakatan, tidak boleh berdiri sendiri-sendiri. Harus berjalin berkelindan. Karena itu, Muhammadiyah bukan gerakan sosial semata-mata, dan bukan juga gerakan keagamaan semata-mata. Muhammadiyah adalah gerakan kedua-duanya, ya keagamaan ya kemasyarakatan. Tetapi Muhammadiyah juga bukan gerakan politik, sebab kalau gerakan politik, tercermin dalam berbagai amal usaha yang telah tertekuninya selama ini.
Dua sifat ini, yakni keagamaan dan kemasyarakatan, tidak boleh berdiri sendiri-sendiri. Harus berjalin berkelindan. Karena itu, Muhammadiyah bukan gerakan sosial semata-mata, dan bukan juga gerakan keagamaan semata-mata. Muhammadiyah adalah gerakan kedua-duanya, ya keagamaan ya kemasyarakatan. Tetapi Muhammadiyah juga bukan gerakan politik, sebab kalau gerakan politik, tercermin dalam berbagai amal usaha yang telah tertekuninya selama ini.
5.
"Mengindahkan, segala Hukum,
Undang-undang Serta dan Falsafah Negara Yang Sah"
Muhammadiyah sebagai satu organisasi, mempunyai sejumlah anggota.
Anggota ini adalah warga negara dari suatu negara hukum. Hukum negara mempunyai
kekuatan mengikat bagi segenap warga negaranya. Ini adalah kenyataan. Karena
itu, Muhammadiyah mengindahkan semua itu.
6.
"Amar Maruf Nahi Munkar Dalam
Segala Lapangan Serta Menjadi Contoh
Teladan Yang Baik"
Teladan Yang Baik"
Salah satu kewajiban tiap muslim ialah beramar ma'ruf dan bernahi
munkar, yakni menyuruh berbuat baik dan mencegah kemunkaran. Yang dimaksud
kemunkaran ialah semua kejahatan yang merusak dan menjijikkan dalam kehidupan
manusia. Tanpa adanya amar ma'ruf dan nahi munkar, tidak akan kebaikan dapat
ditegakkan, dan tidak akan kejahatan dapat diberantas. Untuk itu, Muhammadiyah
harus sanggup menjadi suri teladan dalam kegiatan ini, baik ke dalam tubuh
sendiri ataupun ke luar, ke tengah-tengah masyarakat ramai, dengan penuh
kebijaksanaan dan pendekatan yang simpatik. Amar ma'ruf nahi munkar,
bagaimanapun harus kita lakukan dengan cara yang baik, sebab kalau tidak
begitu, adalah Machiavellisme namanya.
7.
"Aktif Dalam Perkembangan
Masyarakat Dengan Maksud !slab dan Pembangunan Sesuai Dengan Ajaran Islam"
Kapan pun dan dimana pun Muhammadiyah memang harus selalu aktif dalam
perkembangan masyarakat, sebab tanpa begitu, Muhammadiyah akan kehilangan peran
dan akan ketinggalan oleh sejarah. Tetapi keaktifan Muhammadiyah dalam
perkembangan masyarakat, tidak berarti sekedar ikut arus perkembangan
masyarakat, Muhammadiyah adalah kekuatan ishlah dan pembangunan sesuai dengan
ajaran.
8.
“Kerjasama Dengan Golongan Lain
Mana Pun, Dalam Usaha Menyiarkan Dan Mengamalkan Ajaran Islam Serta Membela
Kepentingannya"
Menyiarkan Islam, mengamalkan dan membela kepentingan Islam, bukan
hanya tugas Muhammadiyah, tetapi juga tugas semua umat Islam. Karena itu,
Muhammadiyah perlu menjalin kerjasama dengan semua golongan umat Islam. Tanpa
kerjasama ini, tidak mudah kita melaksanakan tugas yang berat ini.
9.
"Membantu Pemerintah Serta
Kerjasama Dengan Golongan Lain Dalam Memelihara Negara dan Membangunnya, Untuk
Mencapai Masyarakat Yang Adil dan Makmur Yang Diridhai"
Negara Indonesia adalah memiliki semua warga negaranya, termasuk warga
Muhammadiyah. Adalah suatu keharusan dijalinnya kerjasama di antara semua unsur
pemilik negara, untuk membangun Negara dan bangsa menuju tercapainya masyarakat
yang adil dan makmur yang diridhai Allah. Muhammadiyah kemakmuran masyarakat
ini, sebab kemakmuran mempersubur iman dan takwa, sedang kemelaratan
mempersubur kriminalitas sosial dan kekufuran. Bukankah telah disabdakan oleh
Nabi kita, "kada al-faqru ayyakuna kufran" (Kekafiran itu dapat
menyebabkan kekufuran).
10. "Bersifat Adil Serta
Korektif Ke Dalam dan Keluar, Dengan Bijaksana"
Dengan sifat adil dan korektif, Muhammadiyah tidak senang melihat
sesuatu yang tidak semestinya, dan ingin mengubahnya dengan yang lebih tepat
dan lebih baik, meskipun mengenai diri sendiri. Jadi Muhammadiyah tidak tinggal
diam saja dan taqlid. Tetapi koreksi pada diri sendiri dan ke luar ini tidak
boleh dilakukan dengan sembarangan, melainkan harus dengan adil dan bijaksana.
Kesalahan adalah kesalahan, sekalipun ada pada orang atau golongan lain. Bukan
sifat Muhammadiyah tetap bersikukuh membela suatu hal, padahal misalnya
jelas-jelas yang dibelanya itu salah atau tidak baik.
No comments:
Post a Comment